According to Abraham Maslow in his famous Hierarchy of Needs, commonly drawn as a triangle with leveled sections, we as human need to fulfill our basic needs at the base before we can fulfill our other needs in the top level. He split the triangle into two distinct sections: the four very bottom levels called “defficiency needs” (consists of Physiological, Safety, Love and Belongingness, Self-esteem) and the four very top levels called “growth needs” (consists of Cognitive, Aesthetic, Self-actualization, Self-transcendence). In order for us to fulfill something in the “growth needs” parts, we need to fulfill our “defficiency needs” parts, all of it, Maslow said. He also said that the two very top parts of the Hierarchy of Needs define the purpose of our life, self-actualization (fulfilling our personal potential) and self-transcendence (the need to move beyond the self and connect to something higher, such as God, or help others realize their potential).
But have you ever feel that when you feels so disconnected with God you feel that your whole needs are not fulfilled? You feel like you are living your life in such routine that makes you feel like an autonomous working zombie. Sometimes we need to see the Pyramid from the top, an aerial view. Sometimes we need to get closer to God in order for God to grant us with what we need in our life, and fulfill it.
Misalkan kita sedang ada di sebuah kuis televisi swasta terkenal dan kita ada di suatu babak dalam kuis tersebut dimana kita diminta untuk memilih satu dari tiga tirai. Dari ketiga tirai tersebut satu berisi hadiah mobil mewah (harganya satu miliar rupiah, misalkan aja :p) dan dua lainnya berisi zonk (bayangin isinya kambing yang udah tua :p). “Silakan memilih salah satu tirai” sang pembawa acara menawarkan kepada kita. Kita memalingkan pandangan ke arah penonton. “Nomor satu!” salah satu teman terbaik kita berkata. “Iya, pilih nomor satu aja!” teman kita yang satu lagi menimpali. “Saya pilih tirai nomor satu!” kita berkata ke sang pembawa acara. “Anda yakin?” sang pembawa acara bertanya. Kita yang ngerasa sangat yakin dengan pilihan pun menjawab “Saya yakin!”. Sang pembawa acara yang pastinya mengetahui isi dari ketiga tirai tersebut akhirnya berkata “Baiklah, sekarang mari kita buka tirai lainnya!”, sembari membuka tirai nomor tiga. Ternyata tirai tiga adalah zonk! Isinya seekor kambing. “Wah anda beruntung tidak memilih tirai nomor tiga” sang pembawa acara berkata. “Apakah anda ingin mengganti pilihan tirai anda?” dengan raut muka yang baik hati sang pembawa acara memberikan tawaran kepada kita. “Hmmm…” kita berpikir dengan serius. Haruskah kita mengganti pilihan kita?
Ya! Kita sebaiknya mengganti pilihan kita. Dalam hal contoh diatas kita sebaiknya mengganti pilihan tirai kita menjadi tirai dua, karena kemungkinan untuk memenangkan mobil lebih besar. Loh kok bisa? Bukannya kemungkinan untuk menang mobil di tirai dua dan tirai satu sama besarnya? Salah.
Jika kita tetap pada pendirian kita, kemungkinan untuk memenangkan mobil adalah 1/3, sedangkan jika kita mengganti pilihan tirai kita maka kemungkinan untuk memenangkan mobil adalah 2/3, 2/3 tentunya lebih besar daripada 1/3 bukan?. Eh tunggu, itu kenapa ada angka tiga? Bukannya sisa tirainya cuman dua? Berarti kemungkinan keduanya cuman 1/2 dong? Salah.
Sekarang coba kita ganti jumlah tirainya. Misalkan sekarang ada 1000 tirai, dan salah satunya berisi mobil mewah serta kapal pesiar (misalkan aja sih :p) sedangkan 999 lainnya berisi zonk (bayangin kambing aja deh ya biar gampang). Misalkan kita memilih tirai nomor 1 (bisa tirai nomor berapapun sebenarnya) dan sang pembawa acara membuka 998 tirai lainnya dan ternyata semuanya berisi kambing. Tirai yang tersisa hanya tinggal tirai nomor 1 yang tadi kita pilih dan satu tirai lain, misalkan tirai nomor 696. Tentunya kita ingin mengganti pilihan kita kan? Pasti dong, karena pilihan pertama kita tadi kemungkinan menangnya hanya 1 dari 1000 sedangkan tirai nomor 696 kemungkinan menangnya lebih tinggi (999 dari 1000).
Permasalahan ini dinamakan “Monty Hall problem” (http://en.wikipedia.org/wiki/Monty_Hall_problem iya, ini pake sumber wikipedia, problem? :p). Pertama kali aku kenal soal ini pas jaman kuliah, mata kuliah Matematika Diskrit, salah satu “dafuq” momen pas kuliah, karena pas ditunjukin solusi perhitungannya aku berkata dalam hati “njir bisa gitu” hahaha.
Elizabeth Loftus mengatakan bahwa “What we believe with all our hearts is not necessarily the truth”. Hey, kita percaya banget pada pilihan kita yang pertama, tapi apakah itu pilihan terbaik?. Terkadang kita perlu berpikir sejenak dan merenungi pilihan-pilihan kita dalam hidup. Jika kita diberikan kesempatan untuk mengubah pilihan dan pilihan lain yang akan kita pilih itu setelah kita pikirkan secara matang akan membawa kita kearah lebih baik, kenapa nggak mengubah pilihan?
Hei kamu, apa kabar?
Sudah genap dua tahun tak berbincang.
Selama ini aku lebih memilih yang lain untuk berbagi semua kegiatanku, masalahku, dan pikiranku. Continue reading “Hello again”→
Udah jam 6 sore, lagi ada di lab kampus, saya pun kebingungan didepan komputer, bingung mau ngapain.
Mungkin ini namanya “resource overload” *istilah ngasal, jangan di-quote*, kalo diem di kosan aja, nggak ada internet, langsung pengen browsing ini-itu, tapi giliran ada internet sepuasnya, cepet, mantep di kampus langsung terpaku -.-
Oke lah ya daripada ngenet nggak jelas, dan bingung mau buka apaan, mending bikin postingan iseng tentang “Fun”Pro ah xD
In computer science, functional programming is a programming paradigm that treats computation as the evaluation of mathematical functions and avoids state and mutable data. – wikipedia
Hoahmm, Okelah kalo Dijkstra tapi cuman ngecek bobot perjalanan aja, masih nggak terlalu susah lah implementasinya, tinggal ngeliat algoritma yang ada di wikipedia aja sih.
Let the node at which we are starting be called the initial node. Let the distance of node Y be the distance from the initial node to Y. Dijkstra’s algorithm will assign some initial distance values and will try to improve them step by step.
Assign to every node a distance value. Set it to zero for our initial node and to infinity for all other nodes.
Mark all nodes as unvisited. Set initial node as current.
For current node, consider all its unvisited neighbors and calculate their tentative distance (from the initial node). For example, if current node (A) has distance of 6, and an edge connecting it with another node (B) is 2, the distance to B through A will be 6+2=8. If this distance is less than the previously recorded distance (infinity in the beginning, zero for the initial node), overwrite the distance.
When we are done considering all neighbors of the current node, mark it as visited. A visited node will not be checked ever again; its distance recorded now is final and minimal.
If all nodes have been visited, finish. Otherwise, set the unvisited node with the smallest distance (from the initial node) as the next “current node” and continue from step 3.
Tapi ini tugas terakhir Struktur Data dan Algoritma, salah satu matakuliah yang paling wow di kampus saya.
Yok ah, deadlinenya Sabtu, masih banyak waktu hahahahaha #stress
Ramadhan telah tiba, sebelumnya aku minta maaf atas semua kesalahanku baik yang disengaja ataupun tidak, Met puasa!!
Semoga Ramadhan kali ini lebih berkah dari tahun-tahun sebelumnya, mohon maaf atas segala kekhilafan yang telah aku lakukan.
Marhaban ya Ramadhan, mohon maaf atas semua kata dan perbuatan selama ini, selamat menunaikan ibadah puasa, semoga kita bisa menunaikannya dengan lancar.
Itulah sebagaian dari isi sms, pesan, email, wall atau apapun yang sering kita lihat setidaknya selama akhir bulan Sya’ban sampai awal bulan Ramadhan.
Setidaknya 2 tahun sekali kita (umat islam khususnya) mendapat sms yang isinya kira-kira meminta maaf untuk semua kesalahan, selain di awal Ramadhan, nanti akhir Ramadhan dan awal bulan Syawal pun banyak pesan yang isinya seperti ini.
Disini sih saya nggak akan bahas hukumnya secara Islam ato gimana, cuman mau menyampaikan uneg-uneg yang terpendam saja *halah*
Toh dulu banyak yang bilang kalo maaf-maafan bukan cuman pas Idul Fitri aja, sekarang sewaktu waktu awal Ramadhan pun juga ada yang bilang kalo maaf-maafan bukan cuman pas puasaan aja.
Saya sih sependapat kalau saling maaf-memaafkan nggak terikat dengan ruang dan waktu.
Tapi saya pun salut juga dengan mereka yang mau setidaknya mengingat kalau mereka punya kesalahan dan menyempatkan diri untuk meminta maaf walaupun toh hanya saat Idul Fitri atau awal puasa saja.
Yang paling saya tidak setuju adalah mereka yang sebenarnya pastinya punya banyak kesalahan kepada orang lain tetapi toh tidak mau meluangkan waktunya untuk meminta maaf kepada yang bersangkutan, tambah pula mereka berkata kalau minta maaf nggak harus saat Idul Fitri atau awal puasaan saja.
Pernah nggak pas kalian nulis di Twitter trus ada orang yang nggak dikenal nge-Retweet tweet kalian? Bukan sekedar RT biasa, tetapi lebih seperti RT yang pintar, seperti RT otomatis yang dikendaliin bot? Saya sih pernah, coba aja di post di twitter trus masukin salah satu kata “eaaa”, “asu”, atau coba mention @tiesto, kalau kalian beruntung (?) nanti akan ada id yang namanya “Kingdom of eaaa”, “Kingdom of asu”, sama “RT Tiesto” yang secara ajaib nge-RT tweet kalian atau coba post tweet apapun yang mention @tiesto di dalamnya, setidaknya saya udah pernah nemuin beberapa twitter bot seperti diatas, toh saya yakin masih banyak twitter bot yang ada disana.
Ah iya, sebelum lanjut, kita perlu tahu dulu sedikit definisi dari fitur yang akan kita gunakan.
Cron : A daemon for UNIX and UNIX−compatible operating systems which executes commands and processes at arbitrary times specified by a user or application. From Redhat−9−Glossary http://www.tldp.org/LDP/Linux−Dictionary/html/index.html
Yup, disini kita gunakan fitur cron, fitur simpel yang ada di hampir semua UNIX-compatible system.
Salah satu fitur lain yang kita gunakan adalah fitur dari Twitter, dalam Twitter kita dengan mudah melakukan pencarian dengan keyword tertentu, pencarian ini dilakukan secara real-time dan hasilnya ditampilkan langsung ke user, kita juga dapat melakukan pencarian dan meminta hasilnya dalam format XML, yang nantinya bisa kita gunakan dalam program yang kita buat.
Oh iya! script yang kita buat ini pake bahasa PHP, jadi butuh webhosting yang support PHP tentunya.
Jadi total kita perlu account Twitter, dan webhosting yang support PHP dan cron.